Salam & Bahagia

"Niteni, Nirokke, Nambahi" – Ki Hajar Dewantara


BERDIRINYA PERGURUAN TAMANSISWA

Oleh : Ki Sunardi HS

A. Ki Hadjar Dewantara

  1. Nama kecilnya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Lahir di Yogyakarta pada yanggal 2 Mei 1889. Ayahnya bernama Pangeran Soerjaningrat, kakeknya bernama KGPAA Sri Paku Alam III. Isterinya R.A. Sutartinah (Nyi HadjarDewantara), Puteri GPH Sasraningrat, kakeknya bernama KGPAA Sri Paku Alam III.
  2. Pada usia 40 tahun atau 5 windu (3 Februari 1928) berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara, sehingga beliau dijuluki masyarakat sebagai bangsawan yang merakyat
  3. Beragama Islam, berjiwa nasionalis, patriotis, herois, serta berwawasan Bhineka Tunggal Ika.
  4. Wafat di Yogyakarta pada tanggal 26 April 1959, dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata (usia 70 tahun)

B. Latar Belakang Berdirinya Perguruan Tamansiswa

  1. Kondisi bangsa Indonesia yang dijajah oleh kolonialisme Belanda. Rakyat pada umumnya hidup sengsara,  miskin, tidak sekolah, tertindas, ketergantungan, dan tidak merdeka  dll. Para tokoh pada waktu itu sangat prihatin atas keadaan dan nasib bangsanya, maka mereka membentuk paguyuban yang diberi nama “Selasa Kliwonan” dan oleh KHD disingkat “Sa-Ka”, yang artinya tiang yaitu Tiang Masyarakat.
  2. Pada tahun 1913-1919, RM. Suwardi Suryaningrat (SS) dalam usia 24 tahun (lahir 2 Mei 1889) diasingkan di negeri Belanda karena tulisan-tulisannya, al: Andaikata aku seorang Belanda (Als Ik Eens Nederlander Was); Satu buat semua, tetapi juga semua buat satu; SS juga membela rakyat karena ketidakadilan.
  3. Di Belanda ia tertarik dan memperdalam masalah pendidikan dan kebudayaan serta di samping sospol. Ia berhasil memperoleh Akte Guru (1915). Ia mulai mengenal tokoh-tokoh pendidikan al: Dokter Frobel (Jerman) pada tahun 1840, ia berusia 58 tahun mendirikan perguruan anak-anak yang diberi nama Kindergarten (Taman Anak) yang mengajarkan menyanyi, bermain-main dan melaksanakan pekerjaan anak. Dokter Maria Montessori (Italia) yang menderikan Taman Kanak Kanak dengan nama Casa dei Bambini, dimana anak-anak putera dan puteri dididik panca inderanya secara bebas dan diasuh secara katolik. Hal ini merupakan petunjuk jalan  untuk usahanya dalam membangun aliran pendidikan baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

C. Perkumpulan / Paguyuban / Sarasehan “Selasa Kliwonan”

Setelah Raden Mas Suwardi Suryaningrat keluar dari Penjara Pekalongan, kemudian pindah ke Yogyakarta pada tahun 1921. Di Yogyakarta RM. Suwardi Suryaningrat turut dalam kelompok Sarasehan "Selasa Kliwonan" yang dipimpin oleh Pangeran Suryamentaram pada tahun tahun 1921-1922. Sarasehan "Selasa Kliwonan" ini terdiri  tokoh-tokoh politik, kebudayaan dan kerohanian. Anggotanya ialah :

  1. Ki Ageng Suryomataram) sebagai Ketua,
  2. R.M. Sutatmo Suryokusumo,
  3. Ki Sutopo Wonoboyo,
  4. R.M. Gondoatmojo,
  5. Ki Prawirowiworo,
  6. Ki Pronowidigdo,
  7. RM. Subono,
  8. Ki Ageng Suryoputro, (Paman KHD),
  9. R.M. Suwardi Suryaningrat, dan
  10. R.M. Suryodiputro (adik KHD).

Tujuan sarasehan "Selasa Kliwonan" : Mempelajari tentang keadaan rakyat Hindia Belanda  yang terjajah. Mencapai jalan bagaimana caranya dapat menegakkan kepribadian, memperbaiki dan mengisi jiwanya. Sarasehan ini mengadakan pertemuan setiap hari Senin Wage malam Selasa Kliwon. Sebagai hasil analisa mengenai keadaan rakyat Hindia Belanda yang terjajah tadi, untuk mencapai kemerdekaannya, disimpulkan dalam cita-citanya:

  1. mamayu hayuning salira, artinya membahagiakan diri.
  2. mamayu hayuning bangsa, artinya membahagiakan bangsa
  3. mamayu hayuning manungso, artinya membahagiakan umat manusia.

Cita-cita untuk merdeka ini tidak cukup hanya diupayakan dengan pergerakan politik saja, tetapi harus ditunjang dengan pendidikan rakyat yang menumbuhkan jiwa merdeka di kalangan rakyat banyak. Atas dasar hasil analisa seperti tersebut di atas, maka sarasehan Selasa Kliwonan memutuskan :

  1. RM. Suwardi Suryaningrat ditugaskan memimpin pelaksanaan pendidikan anak-anak.
  2. Pangeran Suryomentaram ditugaskan memimpin pelaksanaan pendidikan orang dewasa (tua), untuk mencapai cita-cita dunia tertib dan damai.

D. Berdirinya Perguruan Tamansiswa

Perguruan Tamansiswa pertama kali didirikan di Yogyakarta, yang dahulu dikenal dengan nama Mataram. Hari dan tanggal berdirinya ialah hari Senin Kliwon, tanggal 3 Juli 1922, yang bersamaan dengan tanggal 8 bulan Zulkaidah tahun Ehe 1852 dan tahun Hijrah 1348. Berdirinya Perguruan Tamansiswa diberikan pertanda Candrasengkala "Lawan Sastra Ngesti Mulya", yang artinya "Dengan Pengetahuan (pendidikan) mencapai kemulyaan", yang sampai sekarang ini masih relevan untuk dipakai. Setiap perkataan dalam candra sengkala tersebut di atas, menunjukkan suatu angka; Lawan =2; Sastra = 5; Ngesti = 8, dan Mulya = 1,

Angka-angka ini dibaca mulai dari belakang, sehingga menjadi bilangan tahun Saka 1852, yang bersamaan dengan tahun Masehi 1922. Berhubung RM. Suwardi Suryaningrat diserahi tugas oleh Sarasehan "Selasa Kliwonan" mengelola pendidikan anak-anak maka bagian perguruan yang pertama kali didirikan adalah Taman Lare (Taman Indria). Pendidikan dimulai dengan satu kelas. Gedung perguruan terletak di Kampung Tanjung, yang sekarang diberi nama jalan Gajah Mada Yogyakarta, yang sekarang ini dipakai oleh Yayasan Taman Ibu untuk persekolahan. Selain membuka Taman Indria, juga membuka Taman Guru dan/atau Kursus Guru, sebagai tempat belajar calon-calon pamong Tamansiswa yang akan memberikan pendidikan di bagian-bagian Perguruan Tamansiswa yang akan dibuka.

E. Alasan Ki Hadjar Dewantara Memilih Jalan Pendidikan Nasional

Ki Hadjar Dewantara, pencipta dan pendiri Perguruan Nasional Tamansiswa bersama-sama dengan para pengetua : (1) Nyi Hadjar Dewantara, (2) R.M. Soetatmo Soerjokoesoemo, (3) R.M.H. Soerjo Poetro, (4) B.R.M. Soebono, (5) Ki Prono Widigdo, (6) Ki Soetopo Wonobojo, dan (7) Ki Tjokrodirdjo, sebagai patriot dan perintis perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, memilih jalan usaha pendidikan nasional berdasarkan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk anak-anak bangsa Indonesia   atas kesadaran bahwa pendidikan adalah faktor penting untuk usaha ke arah mencerdaskan kehidupan bangsa   dan menanamkan serta menyebarkan benih jiwa hidup merdeka di kalangan rakyat untuk mewujudkan cita–cita kemerdekaan bangsa Indonesia, cita-cita kemanusiaan, serta tercapainya masyarakat tertib damai, salam dan bahagia.