ISU-ISU PENDIDIKAN VOKASI ABAD KE-21

Perubahan tidak pernah berkesudahan, selalu bersemi tak bertepi sehingga diperlukan cara-cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang lentur untuk menghadapinya. Perubahan pasti berlangsung, dengan atau tanpa kita. Jika pendidikan vokasi tidak melakukan perubahan, dia tidak akan progresi, malah stagnasi, dan bahkan regresi (kemunduruan). Oleh karena itu, melakukan perubahan sudah merupakan keniscayaan. Jika hasil pendidikan vokasi ingin berbeda, maka tindakannya tidak boleh sama dengan sekarang, harus berubah. Di abad ke-21 ada kecenderungan bahwa revolusi teknologi, 4 supremasi ekonomi, globalisasi, konflik sosio-religiokultural, pemanasan global, dan wabah penyakit menular merupakan faktor-faktor eksternal yang harus diperhatikan oleh pendidikan vokasi/kejuruan. Selain itu, ada kecenderungan bahwa masa depan akan mengalami keterlepasan dari masa lalu. Ke depan inovasi untuk bertahan dan berkembang pendidikan vokasi perlu ditempuh secara berbarengan. Berikut akan dipaparkan secara singkat tentang kecenderungan abad ke-21, karakteristik abad ke-21, jenis-jenis pekerjaan abad ke-21, kecerdasan majemuk yang dibutuhkan untuk mengarungi abad ke-21, pergeseran paradigma pendidikan untuk menghadapi abad ke-21, dan dilanjutkan dengan isu-isu pendidikan vokasi sebagai inti dari seminar ini. Paparan diakhiri epilog.

KECENDERUNGAN ABAD KE-21

  •  Revolusi teknologi
  •  Kecenderungan Abad ke-21
  •  Globalisasi (trio-globalisasi)
  •  Konflik sosio-religio-kultural
  •  Krisis pangan
  •  Penduduk dunia berlebih
  •  Pemanasan global
  •  Bahaya nuklir
  •  Dehumanisasi?
  •  Wabah penyakit menular

KARAKTERISTIK ABAD KE-21

  • Volatility
  • Unpredictability
  • Uncertainty
  • Complexity
  • Ambiguity
  • Interdependency
  • Complicated
  • Borderless
  • Accelerative changes
  • The merger of technology and globalization will drive our life

JENIS-JENIS PEKERJAAN ABAD KE-21

  1. Perkerjaan nonrutin: pekerjaan yang tidak repetitif dan ini memerlukan kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak secara imajinatif, kreatif, inovatif, inventif, kuriositif, inspiratif, inisiatif, kolaboratif, alternatif, tranformatif, proaktif, promotif, entrepreneurship, dsb. dan ini tidak bisa diganti oleh teknologi AI;
  2. Pekerjaan rutin: bersifat repetitif, prosedural, teratur, dan kelak bisa diganti oleh teknologi umumnya dan AI khususnya, tetapi pergantiannya merupakan keputusan politik karena menyangkut pengangguran 7 penduduk.
  3. Pekerjaan lokal nonrutin: pekerjaan lokal nonrutin tidak bisa diganti oleh teknologi karena setiap daerah memiliki keunikan/kespesifikan potensi, misalnya seni dan pariwisata yang tidak bisa diganti teknologi. Selain itu, setiap daerah memiliki nilai-nilai sosial-budaya yang berbeda sehingga penanganannya memerlukan kemampuan cerdas tentang suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) dan ini tidak bisa diganti oleh teknologi karena memerlukan soft skills, social skills, dan soft powers. Teknologi tidak memiliki kecerdasan hati dan hanya memiliki kecerdasan intelektual, itupun hanya yang repetitif.

KEMAMPUAN MANUSIA YANG DIBUTUHKAN OLEH ABAD KE-21

Manusia abad ke-21 harus memiliki kemampuan menciptakan peluang yang sekarang belum ada, tetapi diperkirakan akan ada di masa depan. Oleh karena itu diperlukan pendidikan yang futuristik dan antisipatif terhadap kemungkinan-kemungkinan perubahan yang terjadi dimasa depan, terutama ilmu dan teknologi. Peluang bukan ditunggu dan dicari, tetapi harus diciptakan. Indonesia harus mendidik warganya untuk mampu menciptakan peluang baru yang sekarang belum ada, tetapi diperkirakan akan ada di masa depan. Manusia Indonesia harus juga mampu menciptakan mutu yang saat ini belum ada tetapi akan ada di masa depan. Mutu yang ada saat ini akan segera usang dan manusia Indonesia harus dididik untuk menciptakan mutu yang antisipatif terhadap turbulensi globalisasi dan revolusi teknologi di masa depan. Agar mampu menciptakan peluang dan mutu di masa depan, maka mereka harus dididik, mau dan mampu berfikir, bersikap, dan bertindak secara
intuitif, imajinatif, kreatif, inventif, inovatif, inspiratif, inisiatif, komunikatif, kolaboratif, alternatif, tranformatif, adaptif, aktif, proaktif, promotif, futuritif, motivatif, kolektif, kompetitif, globalitatif, preventif, kuriositif, komprehensif, pluralitatif, eksekutif, aksentuatif, altruitif, preservatif, progresif, kompetitif, komparatif, determinitif, integratif, intensif, ekstensif, reformatif, diversifikatif, simulatif, kuantitatif, kualitatif, inklusif, teknologi literatif, numeratif, disruptif, akseleratif, konstruktif, efektif, diskriptif, eksploratif, eksplanatif, deduktif, induktif, dedikatif, interkonektif, hiperkonektif, sistemif. Selain itu, manusia Indonesia masa depan harus mampu menangkap dan mengungkapkan sistemsistem Ciptaan-NYA dari berbagai perspektif pandang, yaitu: sudut pandang, sisi pandang, jarak pandang, cara pandang, kepentingan pandang, nilai pandang, sejarah pandang, ideologi pandang, konstitusi pandang, budaya pandang, oposisi pandang, pemerintah (posisi) pandang, lingkaran pandang, agama/religi pandang, dan sistem pandang. Jadilah manusia yang juga memiliki legitimasi spiritual, yudisial, intelektual, moral, sosial, etikal, estetikal, dan kinestetikal. Untuk pemimpin, jadilah pemimpin strategik yang ilmuwan (wasis, lantip, dan waskito), gunawan, budiman, dermawan dan negarawan. Tidak hanya itu, manusia Indonesia masa depan harus mau dan mampu berfikir, bersikap, bertindak serta memilah dan memilih secara tepat dalam menghadapi demokrasi, ekokrasi, kosmokrasi, ideokrasi, teknokrasi, birokrasi, etnokrasi, teokrasi, meritokrasi, dan otokrasi. Maka, manusia masa depan dituntut untuk memiliki spiritual quotient/SQ, emotional quotient/EQ, intellectual quotient/IQ, passion quotient/ PQ, curiosity quotient/CQ, love quotient/LQ, kinestetical quotient/ KQ, aesthetical quotient/AQ, dan collective quotient/CQ untuk menghadapi perubahan yang tak pernah berkesudahan, inovasi tak bertepi, dunia terpori/tak bersekat, kompleks, sukar diprediksi, komplikatif, interconnected, hyperconnected, dan saling ketergantungan (interdependent).

Download Makalah lengkap Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D